DEMOKRASINEWS, Surabaya Jatim – Bagi anak yang lahir dan tumbuh besar di Jawa Timur seperti saya, di ajak ke sebuah hajatan dengan bonus sepiring nasi rawon ditemani dengan segelas teh manis merupakan sebuah kenangan hangat yang tidak mungkin terlupakan sampai sekarang ini.
Saat itu di setiap hajatan di kampung halaman saya, makanan khas Jawa Timur yakni menu rawon selalu menjadi menu utama yang disuguhkan, terlebih pada acara hajatan pernikahan. Rawon dan hajatan pernikahan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan selalu tersedia.
Seiring dengan perubahan trend dimana dahulu hajatan pernikahan diadakan dengan istilah resepsi menjadi saat ini disebut prasmanan/ standing party, menu rawon pada pesta hajatan pernikahan pun bukan lagi menjadi menu utama yang selalu ada tetapi menjadi menu kesekian atau bahkan sama sekali ditiadakan.
Rawon dikenal oleh masyarakat sebagai makanan khas dari Jawa Timur. Sejarah rawon memang belum diketahui secara pasti. Studi pustaka yang membahas asal usul rawon ini salah satunya dilakukan oleh Sri Fajar Ayuningsih dari Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami pada tahun 2017 dengan judul “Pelestarian Rawon Nguling sebagai Nilai Tambah pada Pengembangan Wisata Kuliner Tradisional Indonesia” .
Di dalam studi tersebut dijelaskan bahwa di beberapa kitab sastra Jawa Baru pada abad ke – 18 dapat ditemukan informasi mengenai rawon dan kluwek (pangium edule) sebagai bumbu penting dalam rawon.
Kluwek beberapa kali disebut di dalam Serat Centhini yaitu salah satu naskah sastra Jawa yang ditulis pada tahun 1735 Jawa dengan sengkalan atau angka tahun berbunyi tata guna swareg nata (tahun 1811 Masehi). Menurut laporan penelitian Pusat Kajian Makanan Tradisional, Universitas Gadjah Mada (1977), di dalam kitab Kakawin Bhomakaya (81.37) tercatat bahasan mengenai rawon, yaitu rarawwan (sayur rawon).
Bahasan mengenai resep rawon juga muncul dalam serat Wulangan olah-olah warna-warni, sebuah catatan atau buku masak koleksi Istana Mangkunegaran Surakarta yang dicetak pada tahun 1926 (Haryono dan Kayati, 1998). Buku masak ini terdiri dari beberapa bagian atau bab dan resep rawon masuk dalam bab olah-olahan cara Jawi (olahan atau masakan cara Jawa), nomor 173.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, artinya adalah sebagai berikut rawon terdiri dari rajangan atau irisan tipis bawang merah 10, rajangan atau irisan tipis bawang putih 1, ketumbar 1 sendok kecil, rajangan atau irisan kunyit 6, trasi 1 sendok kecil, lengkuas 2 iris, ditumbuk hingga lembut lalu digoreng dengan minyak kelapa. Setelah memotong-motong daging, lalu direbus.
Jika sudah keluar kaldunya, rebusan daging tadi ditambah bumbu yang sudah digoreng serta 1 mata asam jawa yang dibakar. Irisan cabai merah 6, kluwek 2, kemiri 1, daun jeruk purut 3 lembar, daun salam 2 lembar, serai secukupnya, lalu dimasak bersama rebusan daging hingga matang.
Rawon sebenarnya adalah sejenis sup dengan kuah berwarna hitam. Hal yang membedakannya dengan sup lainnya dan menjadi ciri khas rawon adalah menggunakan daging sapi dan tidak pernah menggantinya dengan daging ayam atau lainnya dan menggunakan kluwek untuk menjadikan kuahnya berwarna hitam.
Pada tahun 2018, H. Rofiq selaku pemilik Rumah Makan Rawon Nguling Probolinggo menyampaikan resep rahasia yang diwarisinya secara turun temurun. Dan itulah yang antara lain menjadi pertimbangan Tim Penilai sehingga menetapkan Rawon Nguling sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional pada Tahun 2018.
Kluwek adalah buah yang berasal dari pohon kepayang. Kluwek merupakan tumbuhan asli Indonesia dan Malaysia. Kluwek yang memiliki nama latin Pangium edule juga memiliki berbagai sebutan seperti, pucung, football fruit, sis nut, pangi, pakem, sis, riamel, dan kepayang.
Kluwek atau yang lebih populer disebut pucung adalah bumbu untuk membuat aroma dan rasa makanan menjadi lebih sedap. Pucung juga menghasilkan warna hitam yang kemudian dimanfaatkan sebagai pewarna makanan alami dalam menu masakan rawon. Bukan hanya membuat makanan menjadi lebih enak, biji kluwek juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan diantaranya; kluwek mengandung vitamin C yang setara dengan 65,33% dari kebutuhan harian tubuh anda.
Kandungan ini juga dapat membantu untuk mengatasi gejala asam urat, mengandung magnesium yang kemudian dikaitkan sebagai agen untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan mengurangi risiko penyakit stroke, Kluwek juga mengandung serat yang berperan untuk melancarkan sistem pencernaan, menormalkan pergerakan usus, serta mengurangi risiko sembelit. (Dilansir dari Web. Pamong Budaya Disbudpar Prov. Jawa Timur)
Referensi : Sri Fajar Ayuningsih, Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami, 2017: “Pelestarian Rawon Nguling sebagai Nilai Tambah pada Pengembangan Wisata Kuliner Tradisional Indonesia“.
Tim DemokrasiNews
Discussion about this post