DEMOKRASINEWS, Lampung Timur – Menyikapi dirinya tidak lolos dalam rekrutmen anggota Panitia Pemungutan Suara ( PPS ) Desa Matarambaru, Kecamatan Matarambaru Lampung Timur, Ramadhan Risky Pratama dengan nilai tertinggi saat test tertulis mengungguli empat calon lainya, ia menyatakan legowo dan ada hikmahnya. Mungkin saja ini juga firasat buruk jika saya di terima sebagai penyelenggara. Pasalnya pemilu serentak 2024 mendatang, kemungkinan akan terjadi seperti pemilu 17 April 2019 harus ekstra pikiran dan tenaga, apalagi PPS unjung tombak langsung dengan KPPS serta masyarakat,” ungkap Kiki panggilan akrabnya.
Ia menambahkan pemilu pada 2019, fakta saat itu banyak yang mengalami sakit dan fisik drop, bahkan meninggal dunia pasca pemilu. Disamping itu saya tidak diterima sebagai penyelenggara tentu ada hikmahnya, karena bisa fokus dengan pekerjaan sebagai pelayan masyarakat di bidang kesehatan. Saya mengikuti rekrutmen ini motivasinya, sebatas cari pengalaman saja, bukan materi juga, karena saya punya kerjaan tetap. Kebetulan penyelenggara pemilu maupun pilkada tingkat KPPS dan PPS tahun-tahun sebelumnya orang tua saya, siapa tau, ini estafet kepada yang muda.
Selanjutnya kepada teman – teman yang diterima PPS Desa Mataram Baru tentunya yang terbaik menurut penilaian PPK dan KPU. Saya hanya mendoakan semoga mereka amanah bisa menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu serentak 2024 dengan baik tanpa rintangan. Sebab menjadi penyelenggara pemilu itu tidak mudah harus memahami aturan PKPU serta mematuhi petunjuk teknis dan setiap saat harus stanbay. Apalagi tahapan pemilu sudah dimulai tentunya harus mengikuti setiap informasi yang disampaikan KPU, ” kata Kiki.
Kiki menambahkan, sementara terkait proses rekrutmen anggota penyelenggara pemilu seharusnya, dilakukan secara terbuka dengan kriteria tertentu agar dipahami calon anggota. Menurut keterangan orang tuanya saya yang menanyakan persoalan ini kepada anggota PPK Matarambaru, salah satunya tahapan test tertulis jika nilai tertinggi tidak menjamin atau menentukan lolos sebagai penyelenggara pemilu. Seharusnya persoalan nilai diberitahukan sejak awal kalau hanya untuk tahapan sampai wewancara. Dalam hal ini saya tidak menyalahkan siapapun, hanya saja ketidak transfaranan menimbulkan kekecewaan calon anggota termasuk saya, ” pungkas Kiki.
Sementara Supriyono orang tua Ramadhan Risky Pratama yang juga pimpinan Redaksi DemokrasiNews.co.id mengatakan, kegagalan semacam ini hal lumrah dalam sebuah dinamika kepentingan politik maupun kepentingan pribadi serta golongan. Siapa korban siapa dan untuk siapa, saya sudah paham kok. Jadi semacam ini sudah hal biasa. Sistem demokrasi akan rusak jika diawali dari penyelenggara sendiri yang tidak transfaran. Kedepan persoalan ini terus saya kawal, sejauhmana independensi dan kenetralan penyelenggara pemilu maupun pilkada ,” tegas Priyono. ( Red/Susanto/ Sandi)
Tim DemokrasiNews