DEMOKRASINEWS, Pesawaran Lampung – Suasana ger-geran terjadi saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi Desa Sumbersari Bantul, Metro, Sabtu kemarin (22/01/22). Ganjar tak berhenti terpingkal saat berdialog dengan Mbah Sumo (97tahun), warga setempat yang merupakan generasi pertama transmigrasi zaman penjajahan kolonial Belanda di Lampung.
Meski sudah sepuh, namun Mbah Sumo masih sehat dan bisa diajak ngobrol dengan gayeng. Selain Mbah Sumo, ada lagi Mbah Sukinem yang berusia 92 tahun. Sama dengan Mbah Sumo, Mbah Sukinem juga transmigran pertama ke Lampung. Ingatan keduanya masih tajam, bagaimana suka duka menjadi transmigran saat penjajahan Belanda.
“Kulo mlebet Lampung kalih bapak (saya masuk Lampung sama bapak). Umur tasih 13 tahun. Wah mriki niki tasih alas gung lewang lewung (di sini masih hutan belantara),” cerita Mbah Sumo pada Ganjar.
Mbah Sumo masih ingat betul, dulu ikut babat alas demi membangun rumah dan bercocok tanam. Pohon-pohon besar ia tebang bersama sang ayah dengan kapak dan gergaji kayu. Bahkan, ia ingat betul bagaimana banyak binatang buas saat itu.
“Enten macan, kethek, gajah, kathah pak (ada macan, kera, gajah dan banyak lainnya),” kenang Mbah Sukinem.
Keduanya masih ingat bagaimana harus berjuang bersama bapaknya untuk memulai kehidupan baru di Lampung. Mereka merasakan betul bagaimana para tentara Belanda yang selalu menekan masyarakat. Bahkan setelah Belanda pergi, datang penjajah Jepang yang tak kalah kejam.
“Kulo menangi zaman Belanda lan Jepang, zaman Jepang riyen nek panen ditumbas paksa. Regone murah (saya merasakan zaman Belanda dan Jepang, dulu zaman Jepang kalau habis panen dibeli paksa dengan harga murah),” jelas Mbah Sumo.
Kisah-kisah haru itu masih teringat betul diantara keduanya. Bahkan, Mbah Sumo dan Mbah Sukinem masih hafal lagu kebangsaan Jepang dan lagu-lagu Jepang lainnya.
“Cobo nyanyi mbah, ayo kulo pengen mirengake (coba menyanyi mbah, saya ingin mendengar),” pinta Ganjar.
Mbah Sumo dan Mbah Sukinem kemudian bernyanyi bersama. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu berbahasa Jepang. Ganjar dan para tamu lain langsung bertepuk tangan.
Cerita-cerita lucu terus terjadi dalam obrolan itu. Bagaimana saat Ganjar penasaran tentang cerita cinta Mbah Sumo dan Mbah Sukinem saat mereka muda dulu, bagaimana cerita style masa lalu dan lainnya.
Ganjar sendiri mengatakan sangat senang bertemu dengan Mbah Sumo, Mbah Sukinem dan para transmigran lain asal Jawa yang menempati Desa Sumbersari, Bantul. Cerita mereka, perjuangan mereka lanjut Ganjar sangat menginspirasi.
“Iya hari ini saya sengaja ingin menjenguk saudara-saudara dari Jawa yang transmigrasi ke Lampung. Kemarin sudah ketemu dengan mereka yang di Pesawaran, sekarang ketemu Mbah Sumo dan saudara lainnya,” ucap Ganjar.
Dan Mbah Sumo serta Mbah Sukinem lanjut Ganjar adalah transmigran generasi pertama. Mereka datang dari Wates Jogjakarta sejak zaman kolonial Belanda.
“Mereka bisa menceritakan satu persatu, bagaimana sejarahnya, tempat ini yang masih alas gung lewang lewung dan dengan semangat mereka membuka lahan serta menempati. Akhirnya jadi seperti sekarang, daerahnya maju dan keturunannya sudah sukses semua. Kisah yang mengharukan, namun sangat menginspirasi,” terangnya.
Ganjar juga senang, karena penerimaan masyarakat Lampung pada transmigran sangat baik. Mereka bisa bersatu, berkolaborasi membangun Lampung menjadi maju.( MI-Hms Pemprop Jateng)
Tim DemokrasiNews