DEMOKRASINEWS, Lampung Timur – Pandemi Covid-19 yang terus meningkat saat ini tidak lantas membuat kita harus putus asa. Justru bagaimana, tidak menyurutkan niat serta semangat kita untuk melawannya. Selain menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga dari pandemi Covid-19, tentunya perekonomian jangan sampai terhenti.
Seperti geliat dan aktivitas kaum ibu di pesisir Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, kabupaten Lampung Timur. Mereka memanfaatkan hasil tangkapan laut jenis cumi- cumi untuk di jadikan bahan makanan olahan seperti kerupuk, sebagai usaha rumahan di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Desa Margasari Wahyu kepada tim DemokrasiNews.co.id mengatakan, dirinya membina sejumlah ibu – ibu untuk memanfaatkan hasil tangkapan laut seperti cumi, untuk dijadikan makanan ringan yakni (kerupuk) sebagai sumber penghasilan tambahan keluarga.
Produksi rumahan ini sudah di lakukan selama dua bulan. Selain itu Wahyu memberikan fasilitas berupa rumah produksi dan peralatan lengkap untuk mengolah kerupuk berbahan dasar ikan cumi – cumi.
“Usaha yang kami jalankan bersama para ibu-ibu dibilang baru berjalan dua bulan. Mengingat saat ini kondisi pandemi Covid-19, sepertinya usaha mikro rumahan sangatlah cocok usaha kuliner ringan,” jelas Wahyu.
Kerupuk cumi tersebut di kemas dalam ukuran 60 gram, dengan harga 10 ribu satu bungkusnya. Sistem penjualannya saat ini cukup mudah dengan perkembangan teknologi dengan cara online melalui media sosial. Selain tidak memerlukan modal untuk membuat toko, pemasaran tersebut lebih efisien di tengah pandemi Covid-19. Sebab penjual dan pembeli tidak harus ketemu,barang kita kirim dan pembayaran ditransfer via rekening atau bayar ditempat melalui kurirnya,”jelas Wahyu.
” Untuk saat ini pembeli hasil usaha mikro rumahan kerupuk cumi dari Bandar Lampung mereka tau melalui media sosial. Selain itu dari wilayah Lampung Timur sendiri seperti, seputaran Labuhan Maringgai, Bandar Sribhawono dan Way Jepara. Sedangkan dalam usaha ini, saya memperdayakan empat orang ibu-ibu dan upahnya kita membayar harian,” kata Wahyu.
Sementara itu, Marni salah satu pekerja mengakui dirinya mulai beraktifitas dari pukul 09: 00 pagi hingga 16.30 Wib dengan upah Rp 50.000,-. Dengan adanya produksi rumahan yang di gagas oleh ibu Wahyu ini, kata Marni bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat lingkungan sekitar.
Pewarta Anwarudin
Tim DemokrasiNews