Demokrasinews : Lampung Timur – Raut wajah Rebo warga Desa Labuhanratu Baru, Kecamatan Way Jepara, tampak biasa seperti tanpa beban dalam hidupnya, pria kelahiran 1928 silam hidup ditengah keterbatasan soal ekonomi, kondisi fisik dengan cacat kaki menambah beban menjalani hidup.
Kakek yang hidup dengan cucu nya itu, tinggal di sebuah rumah gribik ukuran 5×3 meter, hanya ada dua ruangan dalam rumah rumah gribik nya, satu ruang untuk tidur, satu ruang tamu bercampur dapur, atap rumah nya (genteng) sudah banyak yang pecah. Tampak sebuah meja di sudut ruang tamu diatasnya terdapat tumpukan piring “bakul” nasi, dan “ceret” tempat air minum serta beberapa peralatan masak lainya.
Dinding gribik sebelah timur banyak terdapat kalender bergambar calon calon legislatif, kakek itu mengaku selai mendapat kalender dan kaos bergambar calon legislatif,”ya kalau pas musim pilihan sering dikasih kalender, dan kaos”.Ujar Rebo.
Sementara tempat mandi kakek 92 tahun itu cukup memprihatinkan, sebuah sumur hanya terhalang kayu yang sudah lapuk, tempat mandi hanya menggunaan dinding plastik yang sudah terkoyak dan lusuh,”jangankan untuk membuat kamar mandi untuk makan sehari hari saja susah”.Keluhnya.
Rumah gribik yang di tempati Rebo itu merupakan bukan tanah milik nya melainkan Rebo berstatus numpang tanah masjid,”ya ini tanah yang saya tempati milik masjid, bahkan penerangan listrik juga nebeng dari masjid”Terang nya.
Setiap hari kakek dengan kondisi cacat kaki itu banyak menghabiskan waktunya menganggur, selain usia kondisi fisik sudah tidak mampu untuk bekerja sebagai buruh serabutan, bantuan dari pemerintah pun dirasakan saat Pandemi Covid 19, sebelum ada wabah Covid kakek sepuh itu belum pernah mendapat bantuan apapun.
Pewarta: Anwar
Editor: Susan
Discussion about this post