DEMOKRASINEWS,Lampung Timur- Suasana Minggu pagi 12 Oktober 2025 tampak di halaman sebuah halaman Yayasan Ma’arif NU Desa Brawijaya, Kecamatan Sekampung Udik yang menjadi lokasi kegiatan, barisan peserta berseragam putih hitam berdiri tegap. Wajah-wajah muda dan dewasa berpadu dalam satu semangat: meneguhkan kembali khidmat kepada Nahdlatul Ulama, agama, bangsa, dan kemanusiaan.
Kegiatan Pendidikan Dasar Pengkaderan Kepemimpinan Pengurus Nahdlatul Ulama (PDPKPNU) Zona VI Angkatan 86 ini menjadi putaran terakhir di tahun 2025. Namun, semangat yang tampak seolah menjadi puncak gelora kaderisasi NU. Sebanyak 172 peserta hadir dari berbagai kecamatan: Marga Sekampung (23 peserta), Margatiga (28 peserta), Waway Karya (3 peserta), serta dari Sekampung Udik, Bandar Sribhawono, dan beberapa daerah lainnya. Dari total peserta itu, 102 di antaranya perempuan, menandakan semakin kuatnya peran Muslimat dan Fatayat dalam gerakan ke-NU-an di tingkat akar rumput.
Ketua MWC NU Kecamatan Margatiga sekaligus Koordinator PDPKPNU Zona VI, M. Solihin, menuturkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan administratif, melainkan proses penyadaran spiritual dan ideologis.
“PDPKPNU adalah program wajib bagi setiap kader NU untuk memahami jati diri organisasi dan menghayati perjuangan Nahdlatul Ulama. Kita harus berkhidmat bukan hanya untuk agama, tapi juga untuk bangsa, negara, dan kemanusiaan,” ungkapnya penuh semangat.
Selama pelatihan, para peserta tak hanya mendengarkan materi seputar sejarah NU dan Aswaja, tetapi juga berdiskusi tentang tantangan keislaman di era digital. Mereka belajar bagaimana menguatkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah di tengah derasnya arus informasi dan perubahan zaman.
“Dengan kemajuan teknologi digital, para kader NU dituntut untuk melek informasi dan mampu beradaptasi. Jangan sampai kita ketinggalan dalam berdakwah dan berkontribusi di ruang publik,” pesan Solihin kepada seluruh peserta.
Suasana kekeluargaan tampak begitu kental. Di sela-sela istirahat, tawa ringan peserta menyatu dengan lantunan shalawat yang bergema dari pengeras suara. Ada semangat yang khas dalam setiap senyum dan sapaan — semangat khidmat, semangat pengabdian tanpa pamrih.
Bagi banyak peserta, PDPKPNU bukan sekadar kegiatan, tetapi sebuah perjalanan batin. Mereka datang dengan berbagai latar belakang, namun pulang membawa satu tekad: menjadi kader yang siap berjuang untuk Islam rahmatan lil ‘alamin dan menjaga keutuhan NKRI.
Di ujung kegiatan, senja turun perlahan di langit menunjukkan betapa indahnya kebersamaan untuk berkhidmad. Cahaya jingga menyelimuti barisan peserta yang berdiri sambil melantunkan mars Syubbanul Wathan. Di antara gema lagu perjuangan itu, semangat NU terasa hidup — tidak sekadar dalam kata, tetapi dalam tindakan dan hati yang berkhidmat.( Red/Prie )