DEMOKRASINEWS, Tanggamus – Setelah mendengar sejumlah keluhan warga yang tinggal di perbatasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Dirjen KSDAE menginstruksikan agar TNBBS membentuk Tim Elephant Response Unit (ERU), Minggu (28/2/2021).
“Dengan adanya Eru diharapkan nanti bisa menanggulangi konflik gajah dan manusia yang masih menjadi persoalan bagi warga penyangga TNBBS”.Kata Dirjen BKSDAE Wiratno.
Dirjen KSDAE mengintruksikan untuk dibentuk Tim Elephant Response Unit (ERU) di Resort Suoh untuk menanggulangi konflik manusia dan satwa liar. Sebelumnya, Balai Besar TNBBS telah membentuk ERU dalam penanggulangan konflik satwa dan manusia di Resort.
Lanjutnya, terkait pemantauan keberadaan gajah didalam hutan TNBBS, Wiratno berharap agar para petugas dapat membagi peta jalur lalulintas gajah kepada para petani, Sehingga petani mengetahui pergerakan hewan berbelalai itu. Selain itu Wiratno juga mengharapkan agar dilakukan pengaturan pola tanam,”hak tersebut merupakan solusi alternatif untuk penanggulangan gajah liar”.Ujar nya.
Sementara itu, beberapa keluhan masyarakat penyangga terkait konflik gajah dan manusia yang disampaikan dalam dialoq bersama BKSDAE yakni, Sejak Bulan Januari gajah berada di Pekon Suka Marga dan Bumi Hantatai.
Pada awal tahun 2021 ada 7 warga yang mengalami kerugian yakni sawahnya dan kebun rusak akibat binatang bertubuh tambun tersebut, dan 34 pemukiman rusak, akibat peristiwa itu, pemilik rumah mengungsi sebanyak 34 KK di pekon Suka Marga.
“Pekon Suka Marga terdiri dari 8 pemangku dan 1 pemangku berada di kawasan TNBBS. Korban konflik gajah 34 KK telah dibantu dengan program bedah rumah”. Papar Ismanto.
Masyarakat dengan sukarela keluar dari kawasan TNBBS, namun warga kesulitan terkait dengan mata pencaharian (ekonomi). Dan sudah direncanakan akan membangun kampung wisata sebagai solusi bagi korban konflik manusia dan satwa liar, seperti budidaya anggur,”Khusus untuk 34 KK harus ada solusi segera, terkait dengan mata pencaharian dan pendapatan ekonomi. Karena itu harapan mereka”.Terang Ismanto.
Ismanto menambahkan, terkait dengan penanganan konflik gajah telah membangun 1 blokade gajah di daerah batu ampar telah dikembangkan sebagai daerah wisata dan telah dibangun rumah kayu untuk memantau pergerakan gajah. Masyarakat Suoh mengharapkan agar dibentuk Tim Patroli Gajah di daerah Suoh untuk penanggulangan konflik satwa gajah dan manusia, seperti halnya Tim Gajah Patroli yang telah dibentuk Balai Besar TNBBS di Resort Pemerihan
Pewarta : Susan











