DEMOKRASINEWS, Lampung Timur – Pagi itu, Rabu 10 Desember 2025, langit Sukadana tampak memutih, awan putih terus bergerak cepat, seolah memberi isyarat bahwa musim cuaca ekstrem kian dekat. Di lapangan Makodim 0429/Lampung Timur, puluhan personel TNI, Polri, Satpol PP, BPBD, hingga Damkar berdiri tegap membentuk formasi. Bukan sekadar apel rutin, tetapi sebuah penanda bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Di tengah barisan, Kapten Inf Suefdi membacakan amanat Dandim 0429/Lamtim Letkol Inf Danang Setiaji, S.I.P., M.I.P. Suaranya menggema, menembus keheningan pagi. Amanat itu bukan hanya instruksi komando, tetapi juga seruan kemanusiaan.

“Kodim 0429/Lamtim mendukung penuh setiap tugas kemanusiaan dengan respons cepat dan semangat gotong royong,” demikian pesan Dandim yang terasa seperti pengingat akan tanggung jawab besar yang dipikul para petugas.
Musim hujan telah tiba. Setiap tahun, banjir, pohon tumbang, dan angin kencang kerap menyapa wilayah Lampung Timur. Ketidakpastian itulah yang membuat seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat harus berjalan dalam satu irama.
“Kita tidak tahu kapan musibah datang,” lanjut Dandim dalam amanatnya. “Karena itu, koordinasi lintas sektoral harus terus diperkuat.”

Bukan hanya kata-kata yang menjadi sorotan pagi itu. Usai apel, lapangan kembali hidup dengan aktivitas simulasi penyelamatan korban tenggelam. Para petugas bergerak sigap—menarik, mengangkat, dan mengevakuasi korban yang diperagakan oleh personel. Ada yang dilatih untuk menyelamatkan korban hidup, ada juga untuk penanganan korban meninggal. Setiap langkah terlihat serius, seolah di lapangan itu benar-benar sedang berlangsung situasi darurat.

Tak lama, percikan api mulai terlihat dari sudut lapangan. Tim Damkar bersama TNI-Polri langsung memperagakan penanganan kebakaran. Gerak mereka cepat, terukur, dan penuh koordinasi. Latihan itu bukan sekadar rutinitas; ia adalah cermin dari kesiapan nyata yang akan menentukan seberapa cepat pertolongan tiba ketika bencana sesungguhnya datang.
Di akhir kegiatan, Dandim memberikan penghargaan kepada semua pihak yang selama ini berada di garis depan kemanusiaan. Ia menyebut bahwa tugas menghadapi bencana bukan hanya soal keberanian, tetapi juga soal cinta tanah air dan pengabdian pada masyarakat.
Semangat itu terasa mengalir di antara barisan petugas yang telah mengakhiri simulasi. Wajah-wajah mereka tampak letih, namun terselip rasa bangga. Hari ini, mereka bukan hanya menjadi aparat pemerintah, tetapi juga garda terdepan penyelamat nyawa.
Ketika sirene kesiapsiagaan kembali dimatikan, satu pesan tetap menggantung di udara, bencana mungkin tak dapat dicegah, tetapi kesiapan adalah bentuk perlindungan terbaik yang bisa diberikan untuk masyarakat. (Red/Prie/Rls Foto Pendim 0429)











