DEMOKRASINEWS,Lampung Timur- Pagi itu, Balai Desa Sribawono di Kecamatan Bandar Sribhawono tampak lebih ramai dari biasanya. Ratusan guru SMP dan MTs dari berbagai penjuru Lampung Timur berkumpul dengan satu tujuan: belajar bagaimana menghidupkan kembali kesadaran lingkungan di ruang-ruang kelas mereka. Lewat Bimbingan Teknis Implementasi Green School, pemerintah daerah ingin memastikan bahwa isu lingkungan tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga praktik nyata di sekolah-sekolah.

Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, yang hadir membuka kegiatan pada Jumat (14/11/2025), menyampaikan pesan sederhana namun kuat: “Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi tempat membentuk kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.” Pesan ini menggambarkan arah baru pendidikan di kabupaten itu pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa menghadapi ujian, melainkan mempersiapkan mereka menjaga bumi.
Di tengah ancaman perubahan iklim, sampah plastik, dan krisis air, sekolah menjadi tempat paling strategis untuk menyemai kepedulian lingkungan sejak dini. Di sinilah konsep Green School dijalankan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Timur, Marsan, S.Pd.Ing., M.Pd., menyebut program ini sebagai langkah penting menuju generasi yang sadar lingkungan.
“Ini bukan sekadar program. Ini gerakan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bersih, dan ramah lingkungan,” ujarnya. Menurutnya, perubahan sederhana seperti menata ulang area hijau sekolah, membiasakan siswa memilah sampah, hingga mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam pelajaran harian dapat berdampak besar bagi karakter siswa.

Sebanyak 150 satuan pendidikan mengikuti bimtek ini. Para guru mendapatkan materi dari akademisi UIN Raden Intan Lampung, Dr. Eko Rustanto, M.Si., tentang bagaimana menyisipkan nilai keberlanjutan dalam kurikulum, mengelola sarana ramah lingkungan, hingga membangun kegiatan partisipatif seperti menanam pohon, konservasi air, dan proyek siswa berbasis lingkungan.
Di beberapa sekolah, langkah-langkah sederhana sudah mulai dilakukan. Ada sekolah yang membuat kebun mini di halaman belakang, tempat siswa belajar langsung tentang tanaman obat. Ada yang membangun bank sampah kecil yang dikelola murid, mendorong mereka memahami nilai ekonomi dari sampah daur ulang. Ada pula sekolah yang mulai membuat kawasan “bebas plastik” setiap Jumat, sebagai latihan membangun kebiasaan ramah lingkungan.
Pendekatan Green School bukan hal baru di Indonesia. Program ini sejalan dengan kebijakan nasional dalam RPJPN 2005–2025 dan bersinggungan dengan program Adiwiyata dan SDGs. Namun, bagi Lampung Timur, gerakan ini memiliki nuansa yang lebih personal: menjaga lingkungan berarti juga menjaga masa depan daerah yang dikenal kaya sumber daya alam tetapi rentan degradasi.
“Anak-anak adalah penjaga masa depan. Kalau sejak di sekolah mereka mencintai lingkungan, maka kita sedang menjaga Lampung Timur tetap hijau untuk generasi berikutnya,” ujar Marsan.
Dari Sribhawono, sebuah gerakan pelan namun pasti dimulai. Gerakan menuju sekolah yang bukan hanya mencerdaskan, tetapi juga menyelamatkan bumi satu langkah kecil setiap harinya. Dan di tangan para guru, Green School bukan lagi hanya konsep,melainkan masa depan. ( Red/Aldo )











